Pengantar
Bimbingan dan konseling merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (integrated)
dalam sistem pendidikan Nasional kita. Pandangan ini muncul karena program
layanan bimbingan dan konseling dianggap sebagai suatu kegiatan bantuan dan
bimbingan yang bukan hanya dapat membantu individu atau peserta didik untuk
dapat keluar dari masalah-masalah yang menghambat atau mengganggu aktivitas dan
keberhasilan belajarnya, melainkan juga diberikan kepada individu atau peserta
didik agar dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, maksimal dan sesuai dengan
potensinya.
Hal ini juga
menggambarkan adanya relevansi dari kegiatan pendidikan yang dipandang
sebagai usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadiaan dan
potensi-potensi peserta didik secara maksimal. Oleh karena itu, guru sebagai
salah satu tokoh central dalam pendidikan disekolah diharapkan dapat mengerti
dan memahami tugas, fungsi dan perannya, sehingga program layanan bimbingan di
sekolah dapat berjalan secara profesional, efektif dan efisien.
Guru
Sebagai Tokoh Kunci dalam Program Bimbingan di SD
Guru termasuk wali kelas dianggap
sebagai tokoh kunci dalam program bimbingan di SD. Hal ini disebabkan guru
selalu berada dalam hubungan yang erat dengan peserta didiknya. Artinya, guru
mempunyai banyak kesempatan untuk mempelajari peserta didiknya, mengawasi
tingkah laku dan kegiatan-kegiatannya, dan bahkan dengan perhatian yang
mendalam seorang guru juga dapat mengenal dan mengetahui kepribadian, sifat-sifat,
kebutuhan-kebutuhan, masalah-masalah, titik kelemahan dan juga potensi
keunggulan dari peserta didiknya. Selain itu, guru juga dianggap sebagai orang
yang mampu untuk membimbing dan mengarahkan peserta didiknya agar dapat tumbuh
dan berkembang secara sehat, maksimal dan sesuai dengan potensi mereka, seperti
mengarahkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga mereka dapat meraih hasil
belajar yang memuaskan, berusaha membesarkan hati mereka yang pemalu dan
perasa, bahkan pada usaha bantuan dan bimbingan terhadap pemecahan
permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta didiknya.
Selanjutnya, peran guru disini bukan
hanya diarahkan untuk dapat mempelajari dan memahami peserta didiknya sebagai
individu, melainkan juga diharapkan dapat mengerti dan memahami mereka sebagai
bagian (anggota) kelompok atau kelasnya. Hal ini juga semakin menegaskan betapa
pentingnya peran guru dalam program bimbingan di SD ini. Oleh karena itu, seorang
guru sudah seharusnya dibekali dengan kompetensi bimbingan, seperti bagaimana
teknik-teknik memahami siswa, teknik mengumpulkan data (informasi) tentang
siswa, bagaimana melaksanakan tes-tes hasil belajar, mendiagnosis bakat, minat
dan kecerdasan anak, serta melakukan program home visit home sebagai strategi untuk menjalin komunikasi dan
kedekatan antara guru dengan siswa dan juga keluarga (orang tua) siswa, sehingga
program bimbingan terhadap peserta didiknya dapat berjalan secara professional,
efektive dan efisien. Untuk itulah dunia pendidikan sangat memerlukan guru-guru
yang peduli dan bangga akan profesinya, guru yang dapat mengetahui dan
menyadari betapa penting tugas dan perannya serta dapat melaksanakannya dengan penuh
cinta dan tanggung jawab.
Mengetahui
Siswa sebagai Individu
Tugas pertama guru dalam layanan bimbingan
adalah mengetahui dan mengenal peserta didiknya. Tugas seorang guru didalam
kelas tidak akan berhasil dengan memadai apabila guru tersebut tidak atau
kurang memahami peserta didiknya dan tidak atau kurang mengetahui kepribadian, sifat-sifat,
kebutuhan-kebutuhan, masalah-masalah, titik kelemahan dan juga potensi
keunggulan dari peserta didiknya. Artinya, apabila guru mau berhasil dalam
tugasnya sebagai seorang pendidik dan pembimbing, maka guru tersebut perlu
mengetahui kebiasaan-kebiasaan peserta didiknya dalam belajar, bekerja,
bermain, bersosialisasi dengan teman-temannya, bahkan latar belakang social ekonominya.
Selain itu, guru yang baik perlu
juga memperhatikan dan mencatat bagaimana hubungan tiap peserta didik dengan
teman-teman sekelasnya dan orang-orang yang ada dilingkungannya. Dengan jalan
mengadakan observasi, wawancara dengan siswa dan orang tuanya, serta
sahabat-sahabatnya, tes sosiometri, dan mempelajari data mengenai peserta
didiknya dapat memungkinkan guru mengetahui dan memahami apakah peserta didiknya
mempunyai keseimbangan dalam segi-segi social, perasaan dan pendidikannya.
Dengan cara demikian maka guru akan mampu untuk mengenal peserta didiknya,
siapa yang disayangi oleh teman-temannya, siapa yang pemalu dan perasa, siapa
yang tidak disukai, siapa yang bersifat agresif, siapa yang mempunyai
sifat-sifat kepemimpinan, dan lain-lain.
Sebab-sebab
interpretasi dan perbaikan tingkah laku peserta didik.
Pengetahuan mengenai bagaimana guru
harus menafsirkan tingkah laku peserta didik yang tepat merupakan salah satu dasar
pokok bagi pelaksanaan bimbingan yang efektif. Para ahli pendidikan dan ahli
jiwa pun percaya bahwa guru akan lebih mampu untuk menafsirkan tingkah laku
siswa, apabila guru tersebut memahami gagasan-gagasan pokok berikut ini :
1. Perkembangan tingkah laku individu
dimulai dari sikap ego-centris (ke “aku”annya)
baru kemudian menaruh perhatian pada hal-hal yang ada diluarnya (keseluruhan
kelompok).
2. Setiap anak membutuhkan pengakuan
akan harga dirinya.
3. Setiap anak membutuhkan cinta dan
kasih sayang.
4. Setiap anak mengalami pertentangan
batin, baik yang berhubungan dengan dirinya sendiri ataupun yang berhubungan
dengan lingkungannya.
Untuk
dapat melaksanakan gagasan-gagasan tersebut, seorang guru harus mempunyai
kepercayaan dan kepribadian yang kuat. Apabila guru kurang percaya diri dan
tidak mempunyai kepribadian yang baik, apalagi kalau diikuti oleh rasa inferiority (perasaan rendah), maka hal
tersebut akan juga berpengauh pada perasaan dan kesadarannya sehingga akan
tampak atau terekpresi dalam perilaku yang tidak bersahabat, tidak peduli, atau
bahkan merasa mempunyai otoritas yang berlebihan, yang pada akhirnya
berpengaruh pada penguasaan kelas, penegakkan disiplin, serta hubungan baik antara
guru dan peserta didik. Sebaliknya, rasa kepercayaan diri dan kepribadian yang
kuat dari seorang guru, akan tampak dari perilaku guru yang bersahabat dan
peduli terhadap peserta didiknya, yang lebih suka mengekpresikan muka yang
cerah dan ramah, atau bahkan diselingi oleh tingkah laku yang jenaka akan lebih
berdampak positive pada guru dalam melakukan pendidikan dan bimbingan terhadap
peserta didiknya.
Pertemuan Guru dengan peserta didik
dan orang tuanya
Pertemuan guru dengan peserta didik dan
juga orang tuanya hendaklah dijalin dengan baik dan berlangsung dari hati
kehati. Guru harus bisa menjalin hubungan silaturrahim dan komunikasi yang baik
dengan siswa dan juga oang tuanya. Guru harus bisa menghilangkan kesan bahwa
komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa dan juga orang tuanya terjadi
hanya pada waktu siswa mengalami masalah saja atau pada waktu sekolah
membutuhkan dukungan-dukungan dana dari pihak orang tua. Hubungan dan
komunikasi yang baik antara guru dengan peserta didik dan orang tuanya akan
sangat membantu guru dalam mengenal dan memahami peserta didiknya secara lebih
utuh, dan bahkan akan menumbuhkan rasa kerjasama dan saling percaya, serta
dapat memperlancar kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dan
bimbingan terhadap peserta didik.
Dalam hal ini ada dua jenis pertemuan,
yakni :
1. Pertemuan
di rumah.
Kunjungan
kerumah peserta didik akan mempunyai nilai dan makna yang besar bila dilakukan oleh
seorang guru. Hal ini disebabkan karena guru tidak hanya dapat mengenal kedua
orang tua dari peserta didiknya, tetapi juga dapat mengenal dan mengetahui
keberadaan yang sebenarnya dari peserta didiknya, sehingga melalui pertemuan
ini diharapkan guru akan mendapatkan data yang lebih banyak dan akurat tentang
peserta didiknya dan guru dapat membuat keputusan yang tepat bagi kemajuan dan
perkembangan peserta didiknya.
2. Pertemuan
di sekolah.
Pertemuan
yang dilakukan di sekolah, akan memberikan kesempatan kepada orang tua untuk
mengenal sekolah dan lingkungannya, termasuk perlengkapan sekolah,
petugas-petugas sekolah, jenis kegiatan yang dilakukan siswa, serta strategi
dan metode mengajar yang dipergunakan. Dalam hal ini, perlu di komunikasikan
apa-apa yang menjadi program sekolah, bagaimana tata tertib sekolah, sistem evaluasi,
dan lain sebagainya.
Pertemuan guru dengan peserta didik dan
orang tuanya merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan guru dalam rangka
mengenal dan memahami peserta didiknya secara
lebih utuh, sehingga guru tersebut dapat membantu dan membimbing peserta
didiknya untuk dapat berkembang secara sehat, maksimal dan sesuai dengan
potensinya.
Implementasi
Program Bimbingan dalam Pelaksanaan KBK
Implementasi kegiatan Bimbingan dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sangat menentukan keberhasilan proses bimbingan dan pendidikan (belajar-mengajar). Oleh karena itu peranan guru dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan bimbingan dan pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2001) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan Bimbingan, yaitu:
a. Informator, guru diharapkan sebagai
pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber
informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator, guru sebagai pengelola
kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang
dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi
siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga
akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director,
guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator, guru sebagai pencetus ide
dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter,
guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator,
guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator,
guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i. Evaluator, guru mempunyai otoritas
untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku
sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau
tidak.
Penutup
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan
bahwa peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan di Sekolah Dasar sangat penting
sekali. Artinya guru dapat dianggap sebagai tokoh kunci dalam keberhasilan program
layanan bimbingan dan pendidikan (belajar mengajar) disekolah. Sejalan
diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), guru dianggap mempunyai
peran yang sentral dalam kegiatan Bimbingan. Peran tersebut mencakupi peran
sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter,
fasilitator, mediator, dan evaluator. Peran tersebut tidak dapat berjalan
sendiri-sendiri, namun merupakan sebuah sistem yang saling melengkapi dalam kegiatan
Pendidikan dan Bimbingan di Sekolah Dasar.
Mengingat pentingnya
peran guru dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan di SD dan untuk mewujudkan hal
tersebut bukanlah sesuatu hal mudah, dikarenakan di SD tidak memiliki Guru
Bimbingan khusus, maka guru memiliki tanggung jawab ganda, di samping mengajar
juga membimbing. Oleh karena itu, guru hendaknya meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan Bimbingan sehingga memiliki wawasan yang
mendalam terhadap kegiatan-kegiatan Pendidikan dan Bimbingan di Sekolah Dasar.
Semoga bermanfaat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar