Minggu, 09 Oktober 2011

Peranan Guru dalam Program Bimbingan di Sekolah Dasar

Pengantar

Bimbingan dan konseling merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (integrated) dalam sistem pendidikan Nasional kita. Pandangan ini muncul karena program layanan bimbingan dan konseling dianggap sebagai suatu kegiatan bantuan dan bimbingan yang bukan hanya dapat membantu individu atau peserta didik untuk dapat keluar dari masalah-masalah yang menghambat atau mengganggu aktivitas dan keberhasilan belajarnya, melainkan juga diberikan kepada individu atau peserta didik agar dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, maksimal dan sesuai dengan potensinya.
   Hal ini juga  menggambarkan adanya relevansi dari kegiatan pendidikan yang dipandang sebagai usaha sadar yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadiaan dan potensi-potensi peserta didik secara maksimal. Oleh karena itu, guru sebagai salah satu tokoh central dalam pendidikan disekolah diharapkan dapat mengerti dan memahami tugas, fungsi dan perannya, sehingga program layanan bimbingan di sekolah dapat berjalan secara profesional, efektif dan efisien.

Guru Sebagai Tokoh Kunci dalam Program Bimbingan di SD

Guru termasuk wali kelas dianggap sebagai tokoh kunci dalam program bimbingan di SD. Hal ini disebabkan guru selalu berada dalam hubungan yang erat dengan peserta didiknya. Artinya, guru mempunyai banyak kesempatan untuk mempelajari peserta didiknya, mengawasi tingkah laku dan kegiatan-kegiatannya, dan bahkan dengan perhatian yang mendalam seorang guru juga dapat mengenal dan mengetahui kepribadian, sifat-sifat, kebutuhan-kebutuhan, masalah-masalah, titik kelemahan dan juga potensi keunggulan dari peserta didiknya. Selain itu, guru juga dianggap sebagai orang yang mampu untuk membimbing dan mengarahkan peserta didiknya agar dapat tumbuh dan berkembang secara sehat, maksimal dan sesuai dengan potensi mereka, seperti mengarahkan minat dan motivasi belajar siswa sehingga mereka dapat meraih hasil belajar yang memuaskan, berusaha membesarkan hati mereka yang pemalu dan perasa, bahkan pada usaha bantuan dan bimbingan terhadap pemecahan permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh peserta didiknya.
Selanjutnya, peran guru disini bukan hanya diarahkan untuk dapat mempelajari dan memahami peserta didiknya sebagai individu, melainkan juga diharapkan dapat mengerti dan memahami mereka sebagai bagian (anggota) kelompok atau kelasnya. Hal ini juga semakin menegaskan betapa pentingnya peran guru dalam program bimbingan di SD ini. Oleh karena itu, seorang guru sudah seharusnya dibekali dengan kompetensi bimbingan, seperti bagaimana teknik-teknik memahami siswa, teknik mengumpulkan data (informasi) tentang siswa, bagaimana melaksanakan tes-tes hasil belajar, mendiagnosis bakat, minat dan kecerdasan anak, serta melakukan program home visit home sebagai strategi untuk menjalin komunikasi dan kedekatan antara guru dengan siswa dan juga keluarga (orang tua) siswa, sehingga program bimbingan terhadap peserta didiknya dapat berjalan secara professional, efektive dan efisien. Untuk itulah dunia pendidikan sangat memerlukan guru-guru yang peduli dan bangga akan profesinya, guru yang dapat mengetahui dan menyadari betapa penting tugas dan perannya serta dapat melaksanakannya dengan penuh cinta dan tanggung jawab.

Mengetahui Siswa sebagai Individu

Tugas pertama guru dalam layanan bimbingan adalah mengetahui dan mengenal peserta didiknya. Tugas seorang guru didalam kelas tidak akan berhasil dengan memadai apabila guru tersebut tidak atau kurang memahami peserta didiknya dan tidak atau kurang mengetahui kepribadian, sifat-sifat, kebutuhan-kebutuhan, masalah-masalah, titik kelemahan dan juga potensi keunggulan dari peserta didiknya. Artinya, apabila guru mau berhasil dalam tugasnya sebagai seorang pendidik dan pembimbing, maka guru tersebut perlu mengetahui kebiasaan-kebiasaan peserta didiknya dalam belajar, bekerja, bermain, bersosialisasi dengan teman-temannya, bahkan latar belakang social ekonominya.
Selain itu, guru yang baik perlu juga memperhatikan dan mencatat bagaimana hubungan tiap peserta didik dengan teman-teman sekelasnya dan orang-orang yang ada dilingkungannya. Dengan jalan mengadakan observasi, wawancara dengan siswa dan orang tuanya, serta sahabat-sahabatnya, tes sosiometri, dan mempelajari data mengenai peserta didiknya dapat memungkinkan guru mengetahui dan memahami apakah peserta didiknya mempunyai keseimbangan dalam segi-segi social, perasaan dan pendidikannya. Dengan cara demikian maka guru akan mampu untuk mengenal peserta didiknya, siapa yang disayangi oleh teman-temannya, siapa yang pemalu dan perasa, siapa yang tidak disukai, siapa yang bersifat agresif, siapa yang mempunyai sifat-sifat kepemimpinan, dan lain-lain.

Sebab-sebab interpretasi dan perbaikan tingkah laku peserta didik. 

Pengetahuan mengenai bagaimana guru harus menafsirkan tingkah laku peserta didik yang tepat merupakan salah satu dasar pokok bagi pelaksanaan bimbingan yang efektif. Para ahli pendidikan dan ahli jiwa pun percaya bahwa guru akan lebih mampu untuk menafsirkan tingkah laku siswa, apabila guru tersebut memahami gagasan-gagasan pokok berikut ini :
1.   Perkembangan tingkah laku individu dimulai dari sikap ego-centris (ke “aku”annya) baru kemudian menaruh perhatian pada hal-hal yang ada diluarnya (keseluruhan kelompok).
2.   Setiap anak membutuhkan pengakuan akan harga dirinya.
3.   Setiap anak membutuhkan cinta dan kasih sayang.
4.  Setiap anak mengalami pertentangan batin, baik yang berhubungan dengan dirinya sendiri ataupun yang berhubungan dengan lingkungannya.
Untuk dapat melaksanakan gagasan-gagasan tersebut, seorang guru harus mempunyai kepercayaan dan kepribadian yang kuat. Apabila guru kurang percaya diri dan tidak mempunyai kepribadian yang baik, apalagi kalau diikuti oleh rasa inferiority (perasaan rendah), maka hal tersebut akan juga berpengauh pada perasaan dan kesadarannya sehingga akan tampak atau terekpresi dalam perilaku yang tidak bersahabat, tidak peduli, atau bahkan merasa mempunyai otoritas yang berlebihan, yang pada akhirnya berpengaruh pada penguasaan kelas, penegakkan disiplin, serta hubungan baik antara guru dan peserta didik. Sebaliknya, rasa kepercayaan diri dan kepribadian yang kuat dari seorang guru, akan tampak dari perilaku guru yang bersahabat dan peduli terhadap peserta didiknya, yang lebih suka mengekpresikan muka yang cerah dan ramah, atau bahkan diselingi oleh tingkah laku yang jenaka akan lebih berdampak positive pada guru dalam melakukan pendidikan dan bimbingan terhadap peserta didiknya.

Pertemuan Guru dengan peserta didik dan orang tuanya

Pertemuan guru dengan peserta didik dan juga orang tuanya hendaklah dijalin dengan baik dan berlangsung dari hati kehati. Guru harus bisa menjalin hubungan silaturrahim dan komunikasi yang baik dengan siswa dan juga oang tuanya. Guru harus bisa menghilangkan kesan bahwa komunikasi yang terjadi antara guru dengan siswa dan juga orang tuanya terjadi hanya pada waktu siswa mengalami masalah saja atau pada waktu sekolah membutuhkan dukungan-dukungan dana dari pihak orang tua. Hubungan dan komunikasi yang baik antara guru dengan peserta didik dan orang tuanya akan sangat membantu guru dalam mengenal dan memahami peserta didiknya secara lebih utuh, dan bahkan akan menumbuhkan rasa kerjasama dan saling percaya, serta dapat memperlancar kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan pendidikan dan bimbingan terhadap peserta didik.
Dalam hal ini ada dua jenis pertemuan, yakni :
1.   Pertemuan di rumah.
Kunjungan kerumah peserta didik akan mempunyai nilai dan makna yang besar bila dilakukan oleh seorang guru. Hal ini disebabkan karena guru tidak hanya dapat mengenal kedua orang tua dari peserta didiknya, tetapi juga dapat mengenal dan mengetahui keberadaan yang sebenarnya dari peserta didiknya, sehingga melalui pertemuan ini diharapkan guru akan mendapatkan data yang lebih banyak dan akurat tentang peserta didiknya dan guru dapat membuat keputusan yang tepat bagi kemajuan dan perkembangan peserta didiknya.
2.   Pertemuan di sekolah.
Pertemuan yang dilakukan di sekolah, akan memberikan kesempatan kepada orang tua untuk mengenal sekolah dan lingkungannya, termasuk perlengkapan sekolah, petugas-petugas sekolah, jenis kegiatan yang dilakukan siswa, serta strategi dan metode mengajar yang dipergunakan. Dalam hal ini, perlu di komunikasikan apa-apa yang menjadi program sekolah, bagaimana tata tertib sekolah, sistem evaluasi, dan lain sebagainya.
Pertemuan guru dengan peserta didik dan orang tuanya merupakan suatu keharusan yang harus dilakukan guru dalam rangka mengenal dan memahami peserta didiknya  secara lebih utuh, sehingga guru tersebut dapat membantu dan membimbing peserta didiknya untuk dapat berkembang secara sehat, maksimal dan sesuai dengan potensinya.

Implementasi Program Bimbingan dalam Pelaksanaan KBK

Implementasi kegiatan Bimbingan dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sangat menentukan keberhasilan proses bimbingan dan pendidikan (belajar-mengajar). Oleh karena itu peranan guru dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian tujuan bimbingan dan pembelajaran yang dirumuskan. Sardiman (2001) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan Bimbingan, yaitu:
a.   Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b.  Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c. Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d.  Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e.   Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f.   Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g.  Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h.  Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i.  Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.

Penutup

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peran guru dalam pelaksanaan Bimbingan di Sekolah Dasar sangat penting sekali. Artinya guru dapat dianggap sebagai tokoh kunci dalam keberhasilan program layanan bimbingan dan pendidikan (belajar mengajar) disekolah. Sejalan diberlakukannya Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), guru dianggap mempunyai peran yang sentral dalam kegiatan Bimbingan. Peran tersebut mencakupi peran sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. Peran tersebut tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, namun merupakan sebuah sistem yang saling melengkapi dalam kegiatan Pendidikan dan Bimbingan di Sekolah Dasar.
Mengingat pentingnya peran guru dalam pelaksanaan kegiatan Bimbingan di SD dan untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah sesuatu hal mudah, dikarenakan di SD tidak memiliki Guru Bimbingan khusus, maka guru memiliki tanggung jawab ganda, di samping mengajar juga membimbing. Oleh karena itu, guru hendaknya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan Bimbingan sehingga memiliki wawasan yang mendalam terhadap kegiatan-kegiatan Pendidikan dan Bimbingan di Sekolah Dasar.

Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar